"I’m starting with the man in the mirror, I’m asking him to change his ways, and no message could have been any clearer, if you wanna make the world a better place, take a look at yourself, and then make a change." ~ Michael Jackson: Man in The Mirror
Michael Jackson’s This Is It, merupakan sebuah dokumenter berisikan proses dibalik layar persiapan konser Michael yang seharusnya dijadwalkan akan berlangsung di London. Para penggemarnya di seluruh dunia akan di suguhkan tayangan yang belum pernah diperlihatkan ke khalayak umum sebelumnya. Ratusan cuplikan sesi latihan, interview, dan kegiatan di balik panggung semua dihadirkan menjadi sebuah karya terakhir dari Michael. “This Is It” dipenuhi dengan orang-orang bertalenta tinggi dibidangnya, selain Michael Jackson sendiri, ada penyanyi, penari latar, pembuat film, dan tim kreatif, yang kesemuanya berkerja sama untuk membuat sebuah konser yang tak akan pernah terlupakan.
Awalnya Tour “This Is It” sebetulnya akan menjadi “comeback” bagi sang raja pop, Michael Jackson. Setelah sebelumnya, terakhir kali menggelar konser besar pada “History World Tour” yang berlangsung 2 tahun dari 1996 sampai 1997. Sayangnya konser ini tak pernah terjadi, karena Michael lebih dahulu menutup usianya karena penyakit yang dideritanya. Namun kenangan Michael akan tetap ada lewat hadiah terakhirnya di film ini. Sebuah janji akan pementasan spektakuler, ini memang bukan konser yang sebenarnya, lebih dari sebuah gladi resik, sesungguhnya ini adalah konser pribadi bagi kita semua dari Michael untuk para fansya di seantero dunia.
Terbukti film ini telah berhasil mengajak kita semua melihat dan merasakan momen-momen terbaik dari seorang raja pop, legenda yang lagu-lagunya akan dikenang sepanjang masa. Lewat film dokumenter yang berisikan interview, sesi latihan, dan cuplikan di belakang panggung ini, Michael Jackson mempersembahkan kado terakhirnya untuk para fansnya yang tercinta di seluruh dunia, sesuai dengan apa yang dia janjikan. Walau konser yang sedianya akan berlangsung sampai 50 pertunjukkan dengan artis pendukung yang dikumpul dari seluruh duni ini tidak tercapai, namun setidaknya pesan “cinta” yang seperti biasa di sampaikan di konser-konser Michael terdahulu bisa tersampaikan lewat film yang serentak di tayangkan hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia ini.
Amazing!! Film ini ternyata jauh lebih bagus dari apa yang diperkirakan, sebuah dokumenter yang dikemas dengan sangat luar biasa. Kita seperti berada di konser yang sebenarnya, duduk paling depan, dan tidak sadar akan ikut bernyanyi dan bergoyang bersama Michael. Perasaan itulah yang justru hadir ketika menyaksikan aksi Michael melakukan sesi latihan bersama tim yang terdiri dari kumpulan pemain musik handal dan penari latar terbaik. Suasana di tengah-tengah konser jadi benar-benar terasa ketika Michael bernyanyi dan menari layaknya ini adalah sebuah konser, bukannya sebuah latihan. Kita akan diajak lebih dalam melihat sebuah pekerjaan yang memerlukan kesempurnaan, ketekunan, dan keuletan sebagai seorang entertainer, dan Michael melakukan itu dengan sangat baik.
Sekali lagi, film ini akan membuat kita ikut bernyanyi lewat lagu-lagu yang dipersiapkan untuk konser akbarnya itu. Lagu-lagu legendaris seperti “Black or White”, “Beat it”, “Billie Jean”, dibawakan oleh Michael dengan sangat perfect. Disini diperlihatkan sisi perfectionis seorang Michael, bait demi bait lagunya harus terdengar sempurna olehnya, jika tidak dia akan minta untuk mengulang lagu tersebut. Michael memang ingin konsernya ini menjadi konser terbaiknya, sempurna untuk para fansnya.
Sesi latihan yang sebenarnya sudah menarik dengan tembang ajaib milik Michael ditambah tarian-tarian khas nya, penampilan band yang enerjik, dan penari latar yang bergerak kesana-kemari tak kenal lelah ini, disempurnakan dengan adanya visual-visual yang indah. Suasana konser pun makin jadi terasa, ketika visual berupa video-video yang disiapkan secara kreatif dan brilian ini disatukan ke dalam sesi latihan Michael, lupakan kalau ini adalah film dokumenter, ini adalah konser nyata Michael Jackson.
Bayangkan sebuah film klasik disatukan dengan kehadiran Michael, yang nantinya menjadi video pembuka untuk “Smooth Criminal”, atau bersiaplah untuk menutup mata ketika mayat-mayat hidup bermunculan ketika lagu “Thriller” diperdengarkan. Visualisasi yang dipersiapkan Michael dengan tim-nya ini dikerjakan dengan sangat serius, tidak sia-sia karena pada akhirnya hasil yang diinginkan pun menjadi maksimal. Menambah hidup lagu yang nantinya akan dibawakan dalam konser “This Is It”.
Secara keseluruhan persembahan terakhir Michael Jackson yang terbalut lewat dokumenter ini adalah sebuah suguhan yang luar biasa, tak pernah terbayangkan sebelumnya akan sebagus ini. Atraksi Michael, artis-artis pendukungnya, serta tata panggungnya berhasil memberi kejutan kepada para penontonnya. Sebuah gladi resik yang disulap menjadi tontonan yang bukan lagi total namun juga sempurna dalam menghibur. Sebuah keajaiban yang memang hanya bisa disaksikan di film ini, sekali lagi lupakan kalau ini sebuah dokumenter, ini adalah konser impian dari orang yang sangat mencintai kedamaian dan planet bumi ini. Michael, Rest in Peace.
Tak bisa dibayangkan seperti apa jadinya konser ini jika terlaksana, mungkin akan jadi konser terhebat sepanjang masa. Penggemar atau bukan, film ini wajib ditonton. Enjoy!!
[http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2409090]
Michael Jackson’s This Is It | Review
Diposkan oleh
vanrayen
Thursday, October 29, 2009
Label: Michael Jackson
0 komentar:
Post a Comment